Liputan6.com, Jakarta - Amazon baru saja mengonfirmasi akan melakukan PHK 18.000 karyawan. Hal ini terungkap lewat memo internal yang ditulis oleh CEO Andy Jassy.
Angka ini jauh lebih besar daripada laporan New York Times, dimana perusahaan dikabarkan ingin memangkas tenaga kerjanya sekitar 10.000.
Baca Juga
Pada September 2022, perusahaan mengatakan memiliki total karyawan sekitar 1,5 juta orang.
Advertisement
Berita Amazon PHK karyawan ini pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal, dimana ada sekitar 17.000 karyawan terkena dampak PHK.
"Perusahaan biasanya akan menunggu keputusan hingga dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang terkena dampak langsung," tulis Andy di email sebagaimana dilansir The Verge, Kamis (5/1/2023).
Dia menambahkan, "Karyawan terkena dampak PHK akan diberitahukan secara resmi oleh perusahaan pada 18 Januari."
Sebagaimana diungkap SVP Dave Limp pada November lalu, Amazon memang sedang mengkonsolidasikan beberapa tim dan program di divisi hardware dan layanannya.
Perusahaan mengatakan, "berusaha untuk mendukung karyawan terkena dampak PHK, dan menyediakan pesangon mencakup tunjangan asuransi kesehatan hingga dukungan penempatan kerja eksternal."
PHK massal terjadi di sektor teknologi Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir. Pada 9 November, perusahaan induk Facebook 'Meta' memangkas sekitar 13 persen tenaga kerjanya, menyebabkan lebih dari 11.000 orang kehilangan pekerjaan.
Sebelumnya, Twitter juga kena pukulan keras setelah Elon Musk memerintahkan pengurangan 50 persen jumlah karyawan perusahaan.
Selama akhir pekan, perusahaan juga memberhentikan sebagian besar pekerja kontraknya. Perusahaan lainnya seperti Lyft dan Snap juga telah memberhentikan karyawannya dalam beberapa bulan terakhir.
Amazon Pakai Listrik Energi Bersih PLN
Executive Chairman Amazon Jeff Bezos menegaskan komitmen dalam menekan dampak emisi karbon di sektor bisnis. Dia pun mengajak pebisnis di Forum B20 yang hadir dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 untuk ikut serta aktif menekan emisi karbon.
Hal ini menyusul perjanjian kerja sama antara Amazon dengan PT PLN (Persero) soal proyek listrik energi baru terbarukan (EBT) sebesar 210 Megawatt (MW). Nantinya ini akan digunakan untuk operasional Amazon kedepannya.
Langkah ini, menurut Jeff Bezos, merupakan satu hal yang bisa dilakukan untuk menangkal wfek perubahan iklim. Maka, hal yang sama bisa dilakukan oleh perusahaan lain di lingkup anggota G20.
"Baru kemarin, kami mengumumkan kesepakatan dengan PLN untuk energi terbarukan 210 megawatt di empat proyek surya skala utilitas di Indonesia. Ini merupakan kesepakatan pertama di Indonesia. Amazon mengundang perusahaan lain untuk bergabung dengan janji iklim, dan 376 telah melakukannya hari ini," ujarnya dalam B20 Summit, Senin (14/11/2022).
Advertisement
Atasi Krisis Iklim
Dengan semakin banyak yang terlibat, Jeff Bezos optimistis beberapa tantangan krisis iklim bisa dihadapi. Bahkan ada dua hal yang bisa dicapai sekaligus.
Yakni, bisa melindungi planet bumi dari dampak krisis iklim di satu sisi, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di sisi lain.
"Kami akan menemukan jalan keluar dari permasalahan ini. Kami akan melindungi planet ini dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Kami akan melakukan keduanya," tegaanya.
Dia memandang tantangan bagi umat manusia kedepannya, dari krisis iklim adalah sesuatu yang besar. Maka, diperlukan kerja sama baik itu antar pengusaha maupun pengusaha swasta dan pemerintah.
"Tantangan kemanusiaan kita sangat besar. Dengan berjalan berdampingan bekerja sama kapasitas manusia kita untuk menyelesaikannya bahkan lebih besar. Jangan kehilangan kepercayaan, dan jangan pernah biarkan siapa pun memberi tahu Anda bahwa itu tidak mungkin," pungkasnya.
Jangan Terjebak
Lebih lanjut, pendiri Bezos Earth Fund ini juga mengajak para pebisnis untuk bergabung memberikan pembiayaan untuk mengatasi krisis iklim. Menurutnya, ini tidak serta merta menjadi lahan yang tidak menguntungkan secara bisnis.
Sebaliknya, dari kacamata Jeff Bezos, pembenahan dari dampak krisis iklim bisa membawa pengembangan teknologi ke arah yang lebih baru. Lebih lagi, itu juga akan membawa kepada efisiensi produksi.
"Mari kita tidak terjebak. Dalam pola pikir bahwa banyak pemimpin bisnis dan pemerintah ingin berani mengurangi kerusakan lingkungan, tetapi mereka khawatir hal itu akan meningkatkan biaya dan mengganggu pertumbuhan. Kita sekarang tahu tindakan cerdas melawan perubahan iklim tidak hanya menghentikan hal-hal buruk yang terjadi," kata dia.
"Hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi sumber daya dan mendorong teknologi baru, mengurangi ketidakpastian dan mengarah pada peluang baru," abah dia.
Ini yang jadi landasan Bezos Earth Fund untuk mengalokasikan sekitar USD 10 juta untuk mengatasi perubahan iklim. Sekaligus mengejar target nol emisi karbon lebih cepat.
"Pemahaman baru inilah yang mendorong kami untuk membuat janji iklim dan menetapkan tujuan untuk mencapai nol karbon bersih pada tahun 2040 10 tahun lebih awal dari tujuan Perjanjian Paris sebagai bagian dari janji ini. Amazon bertujuan untuk memberi daya pada semua operasinya dengan energi terbarukan 100 persen pada tahun 2025," tutupnya.
(Ysl/Isk)
Advertisement